Bulan Rajab datang bukan sekadar sebagai pergantian waktu, tetapi sebagai panggilan sunyi bagi hati yang sering lalai.
Ia adalah bulan yang Allah muliakan, bulan yang mengajarkan bahwa waktu pun memiliki kehormatan. Allah berfirman: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ada dua belas bulan… di antaranya ada empat bulan haram. Maka janganlah kamu menzalimi diri kamu dalam bulan-bulan itu.” (QS. At-Taubah: 36). Rajab termasuk di dalamnya. Ayat ini bukan hanya penetapan hukum, tetapi teguran lembut agar manusia lebih berhati-hati dalam melangkah, lebih sadar dalam berbuat, dan lebih jujur dalam menilai diri sendiri.Rajab sering terasa hening, tidak sehiruk-pikuk Ramadhan, tidak sekuat Muharram dalam ingatan banyak orang. Namun justru di situlah letak kemuliaannya. Ia datang sebagai bulan kesadaran, mengajak hati yang keras untuk melunak, dan jiwa yang jauh untuk kembali. Rasulullah ﷺ mengajarkan doa yang sarat makna: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi). Doa ini bukan sekadar permohonan umur panjang, tetapi permohonan kesiapan batin, agar Ramadhan kelak tidak berlalu tanpa makna.
Malam satu Rajab menjadi titik awal dari perjalanan ini. Ia seperti pintu yang dibuka pelan-pelan, memberi kesempatan bagi siapa saja yang ingin masuk. Tidak ada ibadah khusus yang diwajibkan pada malam ini, namun justru di situlah keindahannya. Islam tidak membebani dengan ritual baru, tetapi membuka ruang luas untuk amalan yang telah disyariatkan. Shalat sunnah, istighfar, membaca Al-Qur’an, doa, dan muhasabah diri menjadi pilihan yang sarat nilai. Semua itu berakar pada perintah Allah dalam Al-Qur’an: “Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31).
Malam satu Rajab bukan tentang seberapa panjang doa yang dibaca, tetapi seberapa jujur air mata yang jatuh. Ia adalah malam untuk mengakui kelemahan, memohon ampun atas kelalaian yang sering dianggap biasa, dan menata ulang niat hidup. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Maka, siapa yang memulai Rajab dengan niat yang lurus, ia sedang meletakkan fondasi kuat bagi amal-amal besar di bulan-bulan setelahnya.
Para ulama terdahulu memuliakan Rajab dengan memperbanyak istighfar dan menjaga diri dari dosa, karena mereka memahami bahwa kemuliaan waktu menuntut kemuliaan sikap. Dosa yang dilakukan di bulan mulia bukan sekadar kesalahan, tetapi bentuk ketidakpekaan terhadap kehormatan yang Allah tetapkan. Sebaliknya, kebaikan sekecil apa pun di bulan ini adalah tanda hidupnya hati.
Rajab mengajarkan bahwa perubahan besar tidak selalu dimulai dengan langkah besar. Ia dimulai dari malam yang sunyi, dari doa yang lirih, dari tekad yang mungkin belum sempurna namun jujur. Malam satu Rajab adalah saat terbaik untuk berkata kepada Allah, “Aku ingin kembali.” Dan siapa pun yang kembali dengan sungguh-sungguh, ia akan mendapati bahwa pintu rahmat Allah selalu terbuka, bahkan sebelum ia mengetuknya
Beberapa amalan di bulan Rajab:
1. Banyak Istighfar
2. Perbanyak Sholat Sunnah
3. Doa Bulan Rajab
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Artinya:
“Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.”
(HR. Ahmad dan Al-Baihaqi)
4. Doanya syech Abdul Qodir Jaelani dan baca doanya Sayyidina Ali R.a
إِلَهِيْ تَعَرَّضَ لَكَ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ الْمُتَعَرِّضُوْنَ وَقَصَدَكَ فِيْهِ الْقَاصِدُوْنَ وَأَمَّلَ فَضْلَكَ وَمَعْرُوْفَكَ الطَّالِبُوْنَ، وَلَكَ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ نَفَحَاتٌ وَجَوَائِزٌ وَعَطَايَا وَمَوَاهِبٌ، تَمُنُّ بِهَا عَلَى مَنْ تَشَاءُ مِنْ عِبَادِكَ، وَتَمْنَعُهَا مِمَّنْ لَمْ تَسْبِقْ لَهُ الْعِنَايَةُ مِنْكَ. وَهَا أَنَا عَبْدُكَ الْفَقِيْرُ إِلَيْكَ، اَلْمُؤَمِّلُ فَضْلَكَ وَمَعْرُوْفَكَ، فَإِنْ كُنْتَ يَامَوْلَايَ تَفَضَّلْتَ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ عَلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ وَجُدْتَ عَلَيْهِ بِعَائِدَةٍ مِنْ عَطْفِكَ، فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ، وَجُدْ عَلَيَّ بِطَوْلِكَ وَمَعْرُوْفِكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Ilahi ta’arradha laka fi hazihil lailatil muta’arridhun wa qoshodaka fihil qoshiduna wa ammala fadhlaka wa ma’rufakat tholibun wa laka fi hazihil lailati nafahatun wa jawa-izun wa ‘athoya wa mawahibun, tamunnu biha ‘ala man tasya-u min ‘ibadika wa tamna’uha mimman lam tasbiq lahul ‘inayatu minka, wa ha ana ‘abdukal faqiru ilaikal muammilu fadhlaka wa ma’rufaka fain kunta ya maulaya tafadhdhalta fi hazihil lailati ‘ala ahadin min kholqika wa jutta ‘alaihi bi ‘a-datin min ‘athfika, fa sholii ‘ala muhammadin wa alihi wa jud ‘alayya bi thoulika wa ma’rufika ya robbal ‘alamin.
“Wahai Tuhanku, pada malam ini orang-orang yang berpaling (dari rahmat-Mu) telah berpaling, orang-orang yang mempunyai tujuan telah datang (pada-Mu), dan para pencari telah mengharap anugerah dan kebaikan-Mu. Pada malam ini, Engkau mempunyai tiupan rahmat, piagam-piagam penghargaan, aneka macam pemberian dan anugerah. Engkau berikan semua itu terhadap hamba-hamba-Mu yang Engkau kehendaki. Dan Engkau tidak memberikannya terhadap orang yang tidak memperoleh pertolongan dari-Mu.
Inilah aku, hamba-Mu yang sangat berharap pada-Mu, berharap anugerah dan kebaikan-Mu. Apabila Engkau, wahai Tuan kami, telah mengemukakan anugerah-Mu di malam ini terhadap seseorang dari makhluk-Mu, dan Engkau berikan kebaikan padanya dengan berbagai sambungan kelembutan-Mu, maka anugerahkan rahmat atas Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya. Berikanlah atasku dengan kekayaan dan kebaikan-Mu, wahai Tuhan seru sekalian alam.”
Doa ini disebutkan oleh Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Quds dalam kitab Kanzun Najah was Surur fil Ad’iyah al-Lati Tasyrohus Shudur.
Dibaca 3x di Malam Satu Rajab Bakda Mahrib
5. Tentunya perbanyak bersedekah

Tidak ada komentar:
Posting Komentar